Rabu, 19 Oktober 2011

Sepenggal Cerita tentang Seorang Teman

Mila punya teman. Tapi bukan teman sepermainan. Dia ini jarang banget dateng ke kampus. Dia juga jarang mengerjakan tugas kelompok. Well, Mila tau, setiap orang punya prioritasnya masing-masing. Mungkin bagi dia kuliah bukan lah hal penting. Tapi, sayangnya nama Mila dan nama dia berdampingan di buku absen. Jadi, mau nggak mau hampir setiap ada tugas kelompok Mila harus sekelompok sama dia.

Semester-semester sebelumnya, dia nggak pernah dateng ke kampus. Jadi, semisal kita sekelompok, Mila nggak perlu mencantumkan namanya di cover tugas. Menurut Mila, itu lebih mending dari pada mereka-mereka yang nggak pernah ikut mengerjakan tugas tapi maksa-maksa namanya ditulis di cover. Tapi, semester ini ada yang berbeda, Mila nggak tau apakah itu sesuatu yang baik, atau malah buruk. Dia sekarang nggak bolosan lagi. Dan, sebelumnya, Mila nggak pernah berdiskusi dalam kelompok dengan dia. Pertama kali berdiskusi dengan dia, Mila langsung dongkol. Bener-bener dongkol. Gimana enggak. setiap Mila berpendapat, selalu disanggah. Mila sih emang dari sananya udah males sama dianya, jadi Mila nggak ambil pusing. Tapi lama kelamaan dia tambah menjadi-jadi. Masak iya setiap temen Mila mau berpendapat, dia selalu bilang "nggak gitu, bla bla bla bla". Bukannya Mila nggak menghargai pendapatnya, tapi omongannya itu OUT OF TOPIC banget teman-teman.

Terus, karena Mila lelah menghadapi dia, Mila curhat sama Ayah Mila. Kata Ayah, Mila nggak boleh kayak gitu. Mila harus bisa menghargai pendapat orang lain. Oke, kemudian Mila nyoba untuk mengetes, apakah isi kepalanya lebih baik dari omongannya atau tidak. Mila nyuruh dia membuat sebuah tulisan yang merupakan bagian dari makalah yang harus dikerjakan oleh kelompok Mila. And, suprisingly, tulisannya nggak buruk-buruk amat. Malah menurut Mila lebih bagus dari beberapa temen Mila yang sukanya maksa-maksa namanya di taruh di cover padahal kontribusinya di tugas sangat minim. Mereka cuma modal fotokopi, ngeprint, njilid, dan copy paste tinjauan pustaka dari internet.

Dari sini lah Mila bisa belajar sesuatu. Mila nggak boleh negative thinking dulu tentang kemampuan seseorang. Siapa Mila yang berhak menilai kualitas orang lain? Mila sendiri juga mungkin belum begitu baik. Bahkan jauh dari baik. Dan mulai sekarang, Mila mau mencoba untuk berubah. Tak apa lah Mila dimanfaatkan orang lain. Artinya Mila adalah orang yang berguna bagi sesama. Ya kan?

Mau tau tulisan temen Mila kayak apa? Oke, Mila upload deh. Buka di sini ya: KLIK!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...