Jumat, 29 Juni 2018

Sedikit Mengenal CMV (Cytomegalovirus)

Pertama kali saya berkenalan dengan CMV adalah saat Bita berusia 4 bulan. Sebelumnya saya TIDAK PERNAH mendengarnya sama sekali. CMV memang tidak setenar 3 temannya yang lain, Toksoplasma, Rubella, dan Herpes. Infeksi CMV kadang tidak menimbulkan gejala apapun. Namun, pada ibu hamil, infeksi CMV akan membahayakan janin yang dikandung.

Saat mengetahui Bita mikrosefali, dokter menyarankan saya untuk membawa Bita tes TORCH. Sebenarnya, dokter kandungan saya pernah mengingatkan saya untuk tes TORCH saat saya hamil. Tapi karena kurangnya pengetahuan saya, saat itu saya mengabaikannya. Saya pikir, saya tidak pernah memelihara kucing dan tidak pernah sakit selama kehamilan, untuk apa saya tes TORCH.

Ternyata hasil tes TORCH Bita menunjukkan IgG CMV positif kons. 35. IgG CMV positif menunjukkan kemungkinan adanya infeksi CMV pada masa lampau, kemungkinan saat di kandungan. CMV di tubuh Bita saat itu sudah tidak aktif dan tidak perlu dilakukan pengobatan apapun.

CMV biasanya menyerang otak, pendengaran, mata, dan jantung janin. Pada Bita, yang diserang adalah otaknya. Namun, saya harus tetap memastikan bahwa organ-organ lainnya baik-baik saja. Saya membawa Bita ke dokter mata, dokter THT, dan dokter jantung anak.

Saya merasa respon mata Bita sangat baik, seperti bayi pada umumnya. Dokter mata ternyata juga mengatakan bahwa mata Bita terlihat baik. Namun, respon matanya terhadap cahaya sedikit lambat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kerusakan yang terjadi di sistem saraf pusatnya. Dokter mata menyarankan kami untuk melakukan pengecekan berkala setiap tahun, untuk mencegah adanya hal-hal yang tidak diinginkan.

Bita tidak pernah membiru dan dokter tidak pernah mendengar adanya suara bising di jantungnya. Namun ternyata hasil Ekokardiografi menunjukkan bahwa Bita mengalami Penyakit Jantung Bawaan (PJB) tipe Atrial Septal Defect (ASD). Terdapat lubang kecil di antara serambi kanan dan serambi kirinya. Dokter jantung anak mengatakan bahwa lubang itu akan menutup dengan sendirinya apabila anak diberi asupan gizi yang baik. Namun, setiap satu tahun kami tetap harus membawa Bita ke dokter jantung anak.

Seperti halnya penglihatan, saya merasa respon pendengaran Bita juga cukup baik. Suara yang tidak terlalu keras bisa mengagetkan Bita saat tidur. Bita pun bisa menoleh ke arah sumber suara apabila ada suara yang menarik. Namun, hasil OAE menunjukkan telinga kiri Bita kurang merespon suara. Untuk memastikan apakah pendengarannya normal, perlu dilakukan tes lebih lanjut, yaitu BERA, yang sampai saat ini masih belum kami lakukan. Semoga secepatnya.

Selain BERA, sebenarnya masih banyak PR yang harus dilakukan. Dokter saraf anak yang menangani Bita meminta dilakukan MRI ulang, CT-scan, tes darah CMV lengkap, dan tes lab untuk ginjalnya. Selain itu, untuk mengetahui apakah Bita mengalami epilepsi atau tidak, perlu dilakukan EEG. Biasanya anak dengan mikrosefali mengalami epilepsi. Namun, sampai saat ini saya belum pernah mendapati Bita mengalami kejang.

Kerusakan di otak Bita yang paling berpengaruh besar pada dirinya. Terdapat 4 kelainan di otaknya, yaitu lissencephaly pachygyria, mild hidrosephalus, hipoplasia pons, dan infark lakunar pada basal ganglia dekstra. Adanya infark, menurut dokter radiologi, menunjukkan infeksi CMV saat di kandungan, sedangkan menurut dokter saraf anak hal ini kemungkinan disebabkan oleh hipoksia saat persalinan. Penyebab sebenarnya apa? Masih misteri.

Kerusakan di otak Bita membuatnya kesulitan untuk mengontrol gerak otot-otot tubuhnya. Secara medis hal ini disebut Cerebral Palsy. Di usianya yang sudah 17 bulan ini, secara motorik, Bita masih seperti bayi baru lahir. Bita masih belum bisa mengontrol kepalanya, belum bisa memiringkan tubuhnya, apalagi tengkurap dan duduk. Kami masih terus melakukan stimulasi dengan cara fisioterapi.

Ya, sebesar itu pengaruh infeksi CMV pada ibu hamil.

Dari mana CMV bisa ditularkan? Percaya tidak percaya, vektor terbesar CMV adalah balita. CMV mudah sekali ditularkan melalui cairan tubuh. Karena infeksi CMV bisa tidak menunjukkan gejala apapun, yang bisa kita lakukan saat hamil untuk menghindari terpapar CMV adalah dengan:
❤ Rajin cuci tangan dengan sabun selama 15-20 detik, terutama saat sebelum makan, setelah mengganti popok, setelah menyuapi anak, membersihkan hidung atau mulut anak, dan setelah memegang mainan anak,
❤ Tidak bertukar alat makan dengan siapapun,
❤ Tidak berciuman di mulut,
❤ Memakai kondom saat berhubungan suami istri, dan
❤ Selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Apabila pernah terinfeksi CMV sebelumnya dan ingin hamil lagi, sebaiknya berkonsultasi dengan fetomaternal, screening TORCH, cek darah lengkap, konsumsi asam folat, USG secara berkala, makan makanan bergizi seimbang, dan jangan lupa HAPPY. 🙂

Satu lagi yang paling penting, semua yang terjadi pada diri kita adalah kehendak Tuhan. Apabila Tuhan sudah berkehendak, maka jadilah. Namun, tidak berarti kita santai-santai saja. Tugas kita adalah mengusahakan yang terbaik.

Jangan takut sama CMV, ayo kita STOP CMV!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...