Sabtu, 15 Oktober 2011

Catatan dari Fieldtrip Teknologi Konservasi Sumberdaya Lahan


Fieldtrip Teknologi Konservasi Sumberdaya Lahan dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2011 di Poncokusumo. Pada fieldtrip tersebut terdapat 6 materi yang harus diamati dan dianalisis. Untuk memudahkan dalam pelaksanaannya serta untuk menghemat waktu, sebelum bekerja, kelompok kelas dibagi menjadi 4 kelompok kecil yang masing-masing bertanggung jawab terhadap materi yang telah ditentukan. Kelompok kami, yaitu kelompok pertama, bertanggung jawab terhadap materi 2 dan materi 3. Materi 2 tentang Mengenal Jenis-jenis Erosi dan materi 3 tentang Menetapkan Faktor-faktor Erosi Tanah Metode USLE. Karena materi 2 dan materi 3 masih berkaitan, kami tidak membagi kelompok kecil yang ada menjadi kelompok yang lebih kecil lagi. Tetapi, kami secara bersama-sama segera melakukan pengamatan dari bagian atas lahan yang telah ditentukan. Pertama-tama, kami mengidentifikasi macam-macam erosi yang terjadi di lahan apel dan mendokumentasikannya. Kemudian di lanjutkan di lahan sengon yang letaknya lebih bawah serta lahan talas.

My team!


Selama pengamatan lapang tersebut, kami menemukan berbagai macam erosi dengan tingkatan yang bervariasi. Erosi yang paling banyak terjadi ialah erosi massa (longsor) dengan tingkatan yang rendah. Erosi massa tersebut terjadi di ujung dari teras-teras yang telah dibuat oleh petani di daerah tersebut. Meskipun para petani telah melakukan tindakan konservasi berupa teras bangku, namun, terdapat beberapa kesalahan pada teras bangku yang dibuat oleh para petani tersebut. Pertama, bidang olahnya datar dan cenderung miring keluar. Teras bangku yang demikian akan menyababkan erosi masa pada ujung teras. Erosi masa menyebabkan beberapa bagian dari tanah berpindah dari bagian atas ke bagian yang lebih bawah dan meninggalkan sedimen atau endapan di bagian bawahnya. Erosi ini tidak meninggalkan bekas berupa aliran maupun cekungan. Faktor penyebabnya yang kedua ialah kurangnya tanaman penguat teras di lahan tersebut. Sehingga apabila hujan turun dengan deras, dan terjadi runoff dengan membawa partikel-partikel tanah, tidak ada yang akan menahan partikel-partikel tanah tersebut. Akibatnya tanah akan terbawa ke daerah yang lebih bawah lagi.

Erosi massa tingkat ringan
Selain erosi masa, pada lahan tersebut juga banyak ditemui adanya erosi percikan. Erosi percikan dapat dilihat dari adanya cekungan-cekungan di permukaan tanah yang menunjukkan bahwa ada beberapa partikel tanah yang terangkut ke bagian di sekitarnya. Erosi percikan disebabkan oleh kurangnya tutupan lahan di lahan tersebut.

Erosi yang lainnya adalah erosi alur. Pada tanah yang mengalami erosi alur terdapat bekas aliran air selain jalan atau saluran air. Namun ukuran dari alur yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan erosi gully atau selokan. Erosi selokan meninggalkan bekas aliran air dengan ukuran yang sangat lebar dan membentuk parit. Erosi selokan juga ditemukan di daerah tersebut.

Erosi alur
Setelah mengidentifikasi macam-macam erosi yang terdapat di lahan tersebut, selanjutnya kami mulai mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk perhitungan tingkat erosi tanah dengan metode USLE. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses erosi tanah, yaitu erosivitas, erodibilitas, faktor lereng, faktor tanaman, dan faktor pengelolaan manusia, yang dapat dituliskan dalam fungsi E = f (RxKxLxSxCxP).

Kelerengan curam
Untuk perhitungan erosivitas, kami tidak perlu melakukan pengamatan karena kami telah diberi data sekunder oleh Asisten yang mendampingi kami. Demikian pula untuk perhitungan erodibilitas, kami hanya perlu memasukkan data-data sekunder yang telah kami dapat ke dalam rumus yang telah ditentukan dan membandingkannya dengan menggunakan nomograph. Untuk faktor lereng, perlu diadakan pengukuran panjang lereng dan kemiringan lereng. Untuk mengukur panjang lereng, kelompok kami dibantu dengan kelompok lain yang juga memerlukan data panjang lereng. Panjang lereng yang diukur dialah panjang lereng aktual dan pengukurannya menggunakan tali rafia. Pertama-tama kami mengukur panjang tiap teras kemudian kami mengalikan panjang tiap teras dengan jumlah teras yang ada dari atas hingga bawah. Setelah itu, untuk mengukur kemiringan lereng, kami menggunakan alat yang bernama klinometer. Panjang lereng dan kemiringan lereng pada tiap SPL yang telah ditentukan akan berbeda-beda. Untuk kemiringan lereng, pada SPL 1 ialah 85%, SPL 2 50%, dan SPL 3 58%. Selanjutnya ialah faktor tanaman yang bergandengan dengan faktor pengelolaan. Untuk mengetahui besarnya faktor tanaman dan pengelolaan, kami cukup melakukan observasi terhadap jenis tanaman dan pengelolaan yang diterapkan oleh petani di lahan tersebut.

Setelah seluruh data yang kami butuhkan terkumpul selanjutnya kami melakukan diskusi untuk membahas upaya pengendalian yang dapat dilakukan terhadap macam-macam erosi yang ditemukan di lahan tersebut. Selain itu, kami juga memasukkan data-data sekunder serta data-data hasil observasi dan pengukuran yang telah kami lakukan ke dalam rumus sehingga didapatkan erosivitas, erodibilitas, faktor lereng, tanaman, dan pengelolaannya, serta dapat mengetahui tingkat erosi di lahan tersebut.
Me, he said my smile is charming. :x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...