Rabu, 29 Maret 2017

Mind Your Own Business

"Yaampun, masak anaknya belum 40 hari uda diajak keluar?"
"Kakaknya belum 5 tahun kok sudah punya adik sih?"
"Anaknya kok dipakein kaos kaki sih?"
"Kok dibedong sih?"
"Kok ngga dipakein gurita sih?"
"Kok dipakein gurita sih?"

Ngaku aja, ibu-ibu pasti pernah mengalami hal semacam ini kan? Entah sebagai yang melontarkan kata-kata, atau sebaliknya. Belakangan ini sepertinya banyak sekali orang yang memiliki kepedulian tinggi terhadap urusan orang lain. Saking tingginya, mereka lupa bahwa orang lain juga punya perasaan. Apalagi orang lain ini adalah ibu yang baru melahirkan, dengan perubahan hormonnya dan bla bla bla yang mungkin tidak begitu menyenangkan yang merupakan satu paket dengan proses kehamilan dan melahirkan.

Saya sendiri, jujur, kadang, mungkin sering, basa basi dengan orang dan mengeluarkan kata-kata mainstream macam itu, dan kemudian menyesalinya. Dan saya juga sangat sering mendapatkan kata-kata macam itu dari orang-orang di sekitar saya. Seperti "anaknya kok rewel sih?", "mukanya kok merah-merah sih?", dll. Kebanyakan, saya selalu mengambil hati omongan orang. Dan hal itu membuat saya berpikir-untuk sesaat-semua yang saya lakukan terhadap anak saya salah. Tetapi, kemudian saya melupakannya.

Baru-baru ini saya mendapati hal yang cukup ajaib. Saat itu saya sedang berbelanja di toko elektronik yang cukup besar di kota tempat saya tinggal. Saya menggendong bayi saya yang masih belum 2 bulan, mengawasi batita saya yang lari kesana-kemari, dan berbincang dengan pegawai toko tentang barang yang akan saya beli. Suami saya sedang sholat di mushola. Tiba-tiba seorang bapak yang terlihat cukup tua-mungkin sudah bercucu-menegur saya dari jarak yang cukup jauh dari tempat saya berdiri, "Mbak, sini duduk Mbak, kasian itu lo bayinya", saya yang tidak mau berdebat menjawab "iya Pak". Beliau kemudian melanjutkan tegurannya yang lebih terdengar seperti omelan, "Harusnya pake gendongan Mbak, kasian itu lo kepala sama punggungnya, saya lihat dari tadi kakinya kaku sekali, padahal bayi kan biasanya lemes, tangannya juga dari tadi ke atas seperti itu". Beliau mengatakannya tanpa jeda. Di tempat umum. Kepada saya yang bahkan tidak pernah mengenalnya. Padahal saat itu bayi saya sama sekali tidak menangis ataupun merengek.

Saya takjub sekali. Dijaman seperti ini, masih saja ada orang baik yang sangat peduli dengan orang lain seperti Bapak itu. Well, mungkin saya memang bukan Ibu yang sempurna, saya melakukan banyak kesalahan, tapi ditegur oleh orang asing tempat umum saat saya sendiri dan sangat repot, sama sekali bukan sesuatu yang saya-dan mungkin banyak ibu-ibu diluar sana-harapkan.

Saya menceritakan pengalaman saya ini juga untuk pengingat bagi diri saya sendiri, jangan terlalu mencampuri urusan orang lain. Bukan berarti menegur orang yang melakukan kesalahan itu tidak perlu dilakukan, boleh saja, tapi ada adabnya, ada etikanya, ada tempatnya. Bukankah sebaik-baik islam seseorang ialah meninggalkan apa yang bukan kepentingannya?

Doa saya, semoga Bapak yang kemarin menegur saya tersebut tidak melakukan hal yang sama kepada ibu-ibu baru melahirkan lainnya.

Love,
Bunda Meela ❤️

1 komentar:

  1. Eh mbak ini yg di gendongan si bita ya? Emang berarti kaku dari awal bukan? Karena kan ada kelainan otak?

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...