Selasa, 22 Maret 2011

Last Wednesday

Okay, I'm about to write something in Bahasa Indonesia. Writing in English is cool, really cool, but, there's nothing "cooler" than using Bahasa Indonesia. I really love my country. Yes. I do!

Sejujurnya, ini hanya sebuat postingan geje yang sebenarnya nggak lucu, tapi kadang-kadang membuat Mila tersenyum-senyum sendiri saat membacanya lagi. Maaf bagi yang mengharapkan postingan yang intelek sebaiknya klik icon silang yang ada di pojokan aja ya. I guess you won't like to read this one.

Oke, back to the topic. Hari Rabu kemarin, Mila dan teman-teman Mila lagi pusing banget sama tugas Kuliah Survei Tanah dan Evaluasi Lahan yang diberikan oleh Bapak Dr. Ir. M. Luthfi Rayes, M. Sc. Beliau memberikan tugas kepada kami untuk mencari informasi peta sebanyak-banyaknya dengan syarat tiap mahasiswa mencari peta kabupaten yang berbeda-beda.

Entah bagaimana ceritanya, muncul isu bahwa kami bisa mendapatkan tugas yang diberikan oleh Bapak Rayes di Dinas Pertanahan yang letaknya di daerah Dieng, Malang. Akhirnya, setelah lama tunggu-menunggu-lalu-menunggu-dan-menunggu-lagi, terkumpullah 6 orang mahasiswa geje yang siap berangkat ke Dinas Pertanahan di siang yang sungguh terik tersebut.

Sampai di sana, kami baru sadar bahwa kami benar-benar pergi tanpa persiapan dan hanya bonek alias bondo nekat. Kenapa juga kami nggak sadar dari tadi-tadi pas sebelum berangkat ya?

Akhirnya dengan bondo nekat tersebut kami memberanikan diri masuk ke kantor Dinas Pertanahan. Sepertinya saat itu sedang jam istirahat. Kantornya lumayan sepi, dan tidak ada satpam yang menyapa "selamat datang, ada yang bisa saya bantu" seperti yang biasa ada di bank-bank. Wal hasil, kami pun benar-benar seperti sekelompok anak yang terpisah dengan ibunya dan kesasar di kantor Dinas Pertanian dan tak tau harus berbuat apa.

Tiba-tiba..

Mbak Indah: He, rek, yakin ta ini tempatnya? Ini bukannya buat orang-orang yang ngurusi sengketa tanah gitu ya?
Inputri: Iya deh rek, beneran ta di sini?
Mila: Udah lah, uda terlanjur basah juga, kita coba aja dulu. Kalo salah juga gapapa kan, kita bisa tanya sama orang di sini kemana seharusnya kita pergi. (Aslinya Mila nggak ngomong sebagus ini, ini sedikit direkayasa).
Ilfa: Iya rek, ayo wes kita coba dulu.
Dhila: Iya.
Evana: Hahaha. Ayo rek.
Mbak indah: Rek, liaten a ini, sidang bla bla bla, sidang bla bla bla. Ini beneran buat sidang rek. Hahaha.
Semua anak: Hahahaha.


Singkat cerita, akhirnya Mila memberanikan diri bicara pada Bapak yang menjaga di loket INFORMASI. Malu bertanya sesat di jalan. Dari pada sesat, mending tanya saja, toh besok-besok nggak bakal ketemu sama orang-orang di sini, pikir Mila saat itu.

Setelah itu, si Bapak penjaga loket informasi menyuruh kami masuk ke sebuah pintu dan mencari Laboratorium (or what? I'm kinda forget) Pemetaan. Dan, kami dengan pedenya masuk tanpa membaca tulisan di pintu yang mengatakan bahwa "DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS". Sungguh anak-anak yang pintar.

Sampai di ruangan tujuan yang tadi disebutkan oleh Bapak penjaga loket informasi, kita sungkan untuk masuk. Akhirnya kita mengetuk pintu tersebut. Oh, well, it's so silly. We're knocking a public door that supposed to be not knocked! Then, some people inside the room asked us to push the door and came in to the room. Sampai di ruangan kami juga bingung harus berkata apa, karena itu adalah kantor yang memang kantor dan tidak untuk tempat bermain para "precil-precil" seperti kami.

Singkat cerita (lagi), people inside that room asked us to go to another room at the upstairs. Dan, bodohnya lagi, Mila malah bertanya "tangganya di mana ya pak?", lalu Ilfa nyeletuk dengan gaya khasnya "O ya, sebentar ya dek, saya ambilkan tangganya". Percakapan yang sangat aneh. Lalu kami meninggalkan ruangan tersebut setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih ke pada bapak dan ibu di sana.

Sama seperti di ruangan sebelumnya. Kami tidak mendapatkan apa yang kami cari di ruangan kedua. Dan akhirnya we decided to do another mission, yaitu pergi ke Jurusan Tanah dan meminta surat pengantar. Karena Dinas-dinas macam itu memang mengharuskan surat pengantar untuk bisa melakukan sesuatu atau meminta sesuatu.

Tapi, saat di parkiran, seorang teman Mila bertanya kepada tukang parkir di sana, dan tukang parkir tersebut menyarankan kami untuk pergi ke Dinas Pertanahan Kotamadya Malang yang berada di VELODROM. Saya benar-benar mengutuk Mas tukang parkir tersebut yang memberikan ide gila yang ternyata tidak menghasilkan apa-apa juga.

Kami menuruti Mas penjaga parkir tersebut dan pergi ke Velodrom yang jauhnya amat sangat sekali dari tempat kami berpijak. Dengan cuaca yang sangat panas, perut kosong, dan bensin yang tinggal "seuprit", akhirnya kami sampai di sana setelah nyasar-nyasar beberapa kali. First impression tentang tempat tersebut adalah "WOW", bangunannya bagus banget. Seperti bandara, kata Ilfa. Kata Mbak Indah, tinggal dikasih halo-halo "Selamat Datang, Welcome", uda kayak di bandara aja. Tapi, buat apa gedung bagus kalo kami tidak mendapatkan apa yang kami butuhkan.

Akhirnya kami kembali ke kampus dengan tangan hampa. Setelah sholat dan memohon petunjuk kepada Allah SWT, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan second mission yang sebelumnya sudah kami bicarakan. Kami pergi ke Jurusan Tanah, dan ABRAKADABRA, kami hampir pingsan mendengar perkataan Bapak Administrasi Jurusan Tanah, "Ngapain kalian kesana, wong mereka dapetnya dari sini". Astaganaga, kenapa nggak dari tadi-tadi aja sih kami sholatnya, tau gini kan nggak usah buang-buang bensin ke VELODROM.



But, at least, we had so much fun that day. :)

Satu hal penting yang dapat dipetik dari kejadian hari itu adalah: saat kalian dihadapkan pada kegejean, sholat lah!

Love, Meela xx.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...