Awalnya, saya membaca Tweet salah satu teman saya saat di SD, SMP, sekaligus SMA, Amma.
Well, mungkin agak sedikit berbeda, pada kasusnya Amma, pacarnya yang menyukai orang lain, dan orang lain tersebut menerima pacarnya Amma, padahal dia tau pacarnya Amma sudah punya pacar. Kalau dalam kasus saya, saya membicarakan orang yang mendekati orang yang sudah punya pacar.
Saya ngga mudeng dengan jalan pikir orang-orang yang mendekati orang yang sudah punya pacar atau suami atau sebut saja pasangan. Apa mereka nggak pernah pacaran ya? Apa mereka nggak pernah tau rasanya punya pasangan ya? Apa mereka ngga tau rasanya pasangannya 'direbut' orang lain ya?
Kalau selalu mengikuti blog saya dari dulu sampai sekarang, pasti tau, kalau saya pernah dalam kondisi tersebut. Di mana saya berperan sebagai pasangan dari orang yang 'direbut'. Dan asal tau aja, nggak cuma sekali, tapi tiga kali saya mengalaminya. Well, ini memang masa lalu pahit. Saya nggak bermaksud mengorek-ngorek luka lama, hanya berbagi saja kok. ;)
Ya, selama bersama pasangan saya, banyak perempuan--well, cuma tiga--pernah singgah di antara kami berdua. Sebut saja si Mawar, Bunga, dan Melati.
Dulu, saat kejadian itu berlangsung, saya sangat marah pada mereka bertiga, dan juga pasangan saya tentunya. Tapi, sekarang, saya malah berterimakasih sekali pada mereka bertiga, dan juga pasangan saya yang memilih untuk setia dengan saya hingga saat ini.
Sebenarnya, apabila hal tersebut terjadi pada kita, kita nggak bisa menyalahkan satu pihak pun, semua salah di sana. Perempuan atau laki-laki yang merebut atau mendekati perempuan atau laki-laki lain yang memiliki pasangan itu jelas tidak bisa dikatakan perempuan atau laki-laki baik-baik. Tapi perempuan atau laki-laki yang sudah punya pasangan tapi masih mau didekati perempuan atau laki-laki lain itu juga bukan lah perempuan atau laki-laki yang baik.
Dan, perempuan atau laki-laki yang pasangannya direbut perempuan atau laki-laki lain, sangat perlu introspeksi diri. Saya termasuk di kategori ketiga ini.
Seperti yang saya katakan sebelumnya, awalnya, saya sangat marah, tapi setelah saya mengetahui hikmah dari kejadian tersebut, saya malah bersyukur. Sebelumnya, saya benar-benar menjadi perempuan yang kekanak-kanakan, egois, banyak maunya, manja, dan lain sebagainya. Pasangan mana yang betah menghadapi saya? Tapi, kalau ngga ada Mawar, Bunga, dan Melati, saya pasti nggak akan pernah sadar bahwa saya salah dan banyak kekurangan.
Pada intinya, semua pasti ada hikmahnya. Dan Alhamdulillah, pasangan saya memang lelaki idaman. Seperti kata pak Mario Teguh, 'lelaki idaman itu mereka yang sebenarnya memiliki banyak pilihan, tapi memilih untuk setia pada wanitanya'.
Kalau yang merasa sudah sangat baik pada pasangan, tapi pasangan yang memang 'mokong' atau bandel, mungkin Tuhan sedang menunjukkan pada kalian, bahwa pasangan kalian bukan pilihan yang tepat, go get another! ;)