Menginginkan Kehidupan Normal

Malam ini rasanya saya merasa benar-benar lelah dengan kehidupan ini. Kehidupan yang sangat jauh dari kata normal. Saya tidak pernah merasakan punya saudara, teman, ataupun sahabat. Saya benar-benar merasa kesepian. Hari-hari saya hanya berisi tidur-bangun-mandi-makan-kuliah-online-dan-kegiatan-makhluk-hidup-seperti-bernafas. Keluarga Ayah dan Ibu saya sebenarnya adalah keluarga besar, namun karena sudah tidak ada kakek dan nenek, mereka jadi terpencar, jarang skali mereka berkumpul. Ayah saya anak kedua terakhir dari 9 bersaudara. Saya tidak pernah melihat Kakek saya, melihat Nenek saya hanya sampai saya kelas 1 sd. Ibu saya anak ketiga terakhir dari 8 bersaudara. Saya sama skali tidak pernah melihat Kakek-Nenek saya dari Ibu. Saya merasa iri dengan orang-orang normal, yang bisa merasakan hangatnya kasih sayang seorang Kakek dan Nenek. Ayah saya adalah orang yang sangat keras. Beliau benar-benar mengekang saya. Beliau tidak mengizinkan saya keluar rumah selain kuliah. Saya merasa berada dalam penjara. Ibu saya-meskipun saya menyayanginya-saya harus mengatakan, ibu saya tidak 'hangat' seperti Ibu yang saya dambakan. Beliau banyak mengeluh, wajar saja, saya anak kedua dari 6 bersaudara. Beliau mencurahkan seluruh perhatiannya untuk adik-adik saya. Saya sangat merindukan hangatnya kasih sayang keluarga yang 'normal', yang selama ini tidak bisa saya dapatkan.
Saya merasa, saya tidak punya talenta, saya memang tertarik pada English, tapi saya tidak menguasainya. Saya tertarik pada IT, tapi saya malah kuliah di PERTANIAN. Setelah sebulan merasakan kuliah, saya baru menyadari, saya berada di tempat yang salah. Tapi saya hanya memendamnya, saya tidak ingin melukai hati orang tua saya yang membanggakan prestasi saya saat di sekolah.
Saya TIDAK DEWASA. orang-orang menilai saya sebagai sosok yang childist. padahal mereka tidak pernah tau yang sebenarnya dalam diri saya. smua yang mereka lihat hanyalah topeng. Saya berpura-pura bahagia, selalu tersenyum, sebenarnya hati saya hampa.
Saya menginginkan seorang sahabat. Saya sangat iri melihat orang-orang yang dapat menjalin persahabatan dengan baik, sampai bertahun-tahun. Saya menginginkan seseorang yang bisa saya ajak berbagi. Suka dan duka. Seseorang yang mau mendengarkan keluh kesah saya. Seseorang yang menghibur saya disaat saya sedang berada dalam kesedihan. Seseorang yang bisa saya ajak jalan-jalan. Seseorang yang mau berbagi segalanya. Tapi, tidak pernah saya dapatkan. Saya sudah berusaha baik pada semua orang, tapi balasan mereka malah sebaliknya. Saat mereka ada masalah, saya membantu mereka. Namun saat saya yang sedang ada masalah, mereka entah di mana. Mungkin salah saya yang susah untuk terbuka pada orang. Saya yang kurang mempercayai orang. Tapi, tidak ada yang berusaha mengerti.
Apakah yang saya inginkan adalah hal yang berat? Mengapa Tuhan menakdirkan saya berkehidupan seperti ini? Saya tau, pasti ada hikmah di balik semua ini. Tapi, saya hanyalah seorang manusia yang lemah. Saya sangat lemah untuk menanggung semua cobaan dan ujian ini.
Saya sudah tidak memikirkan karier saya. karena memang orang tua saya tidak mengijinkan saya untuk mengembangkannya. Sekarang saya hanya ingin menjadi wanita yang baik. Saya ingin menjadi seorang istri dan ibu yang baik, sesuai dengan kodrat saya sebagai wanita.
Apakah saya putus asa?